WELCOME TO MY BLOG MACG MENULIS DAN TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA !!!!

Kamis, 26 Mei 2016

REVOLUSI “GEMA-ANGPO” (GERAKAN MASYARAKAT ANTI GENGSI PROFESI) SEBAGAI UPAYA MEMAKSIMALKAN BONUS DEMOGRAFI DI ERA MEA

MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) yang resmi dijalankan pada awal tahun 2016 patutnya tidak perlu dianggap sebagai ancaman yang terlalu dibesar-besarkan. Anggapan bahwa bebasnya aliran barang dan jasa yang keluar masuk, tidak serta merta membuat Indonesia tak berdaya dalam persaingan di era MEA ini. Anggapan lain mengenai kemungkinan bangsa Indonesia yang dapat terasingkan dinegeri sendiri, agaknya malah meremehkan potensi bangsa sendiri. Padahal jika ditinjau lebih lanjut, sebenarnya Indonesia memiliki potensi yang besar dimana potensi ini tidak dimiliki oleh negara dikawasan ASEAN. Potensi tersebut adalah sebuah momentum yang disebut bonus demografi.
            Henry Subianto selaku staf ahli Kementrian Komunikasi dan Informatika menyatakan bahwa pada tahun 2020, Indonesia akan mengalami bonus demografi yang membuat Indonesia kuat pada hampir semua sektor (antaranews.com). Pernyataan ini sejalan dengan proyeksi Razali Ritonga selaku direktur Kependidikan Ketenagakerjaan, bahwa Indonesia akan mengalami bonus demografi dimana puncaknya akan terjadi pada tahun 2028-2030. Bonus demografi sendiri didefinisikan sebagai kondisi masyarakat dimana dua penduduk roduktif (umur 15-64 tahun) berbanding satu penduduk non produktif (< umur 15 dan > 64 tahun) (bps.go.id). Definisi ini secara sederhana dapat diartikan bahwa bonus demografi adalah keadaan masyarakat ketika terdapat setidaknya 66,67% penduduk usia produktif. Selain itu, ditahun yang hanya yang relatif berdekatan dengan momen bonus demografi Indonesia, PBB memperkirakan bahwa Amerika Serikat (AS) dan China sebagai dua negara raksasa perkonomian dunia saat ini akan mengalami penurunan laju pertumbuhan ekonomi. Hal ini diakibatkan bahwa ditahun tersebut jumlah lansia/usia non produktif di Amerika mencapai 44% dan 36% di China (bloomberg.com). Disamping itu, seperti yang dikatakan oleh Mantan Menteri Koordinator bidang Kesejateraan Masyarakat (Menkokesra) Haryo Suyono, dapat dilihat bahwa beberapa negara yang sekarang melaju pesat pertumbuhan perekonomiannya adalah negara yang dapat memanfaatkan secara penuh bonus demografi. Seperti contoh keberhasilan China dan Korea selatan yang dapat mengoptimalkan industrinya sedangkan China yang mengoptimalkan hampir seluruh sektor (pu.go.id). Kedua negara ini dapat dijadikan contoh bahwa kemajuan negara dapat ditentukan dengan pemanfaatan negaranya akan bonus demografi. Maka dari itu momentum bonus demografi Indonesia yang didukaung penurunan perekonomian dua negara adidaya, sangat disayangkan jika dilewat begitu saja. Karena dapat  dibayangkan ketika penduduk usia produktif ini dapat benar-benar produktif dan berpartisipasi aktif dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Maka bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi raja di era MEA ini.
            Tentu yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara agar momentum ini tidak berlalu seperti angin lewat saja. Mengingat bahwa momentum ini begitu besar dampaknya bagi Indonesia. Seperti yang telah disebutkan diatas, bahwa negara-negara seperti Korea Selatan dan China mampu memanfaatkan bonus demografi melalui beberapa sektor mereka. Namun gerak seperti apa yang mereka lakukan? Jika melihat salah dua negara diatas maka dapat diambil pelajaran penting dari sana. Ambil contoh Korea Selatan, negara ini hadir sebagai negara yang maju melalui gerakan bersama dalam bidang industri. Di Korea, ada kelompok masyarakat yang diarahkan untuk membuat HP walaupun Korea bukan merupakan produsen HP, namun negara ini memulainya melalui gerakan rakyat untuk mampu membuat komponen HP. Selanjutnya sebagian masyarakat yang lain diarahkan untuk merakit HP. Pelajaran inilah dapat diambil contoh bahwa gerakan bersama yang bersifat masif dan bertujuan akan memiliki daya yang besar dalam sebuah perubahan. Maka dari itu diperlukan sebuah gerakan bersama yang memungkinkan agar bonus demografi ini dapat dimaksimalkan dengan baik. Kami menyebut gerakan ini dengan sebutan “Gema Angpo”.
            “Gema Angpo” merupakan akronim dari gerakan masyarakat anti gengsi profesi. Sebuah revolusi dimana masarakat dibuat untuk memahami dan bergerak untuk selalu bekerja secara profesional dan inovatif tanpa memandang prfesi apa yang sedang digeluti. Ide Gema angpo ini muncul dari dua fenomena masyarakat dunia yang sangat bertolak belakang. Pertama, melihat fenomena masyarakat Indonesia yang menitiberatkan profesi sebatas pada pemikiran masyarakat umum bahwa pekerjaan A itu baik sedangkan pekerjaan B itu kurang baik. Bahkan ini membuat beberapa profesi dianggap pekerjaan memalukan dari pada pekerjaan “bergengsi”. Contoh : Pegawai Negeri Sipil (PNS) dianggap pekerjaan yang lebih layak daripada seorang wiraswasta. Jika diteliti lebih objektif, pernyataan ini tidak mutlak benar. Kedua, melihat fenomena masyarakat pada beberapa negara maju di dunia yang tidak mementingkan profesi apa yang sedang mereka jalani, melainkan mementingkan bagaimana cara agar profesi yang mereka geluti dapat berkembang dan menjadi besar. Contoh : masyarakat Jepang secara turun temurun meneruskan pekerjaan orang tua mereka, seperti pada penjual kue beras di Asakusa (Tokyo) dimana yang membedakan dari orang tua mereka adalah penggunaan mesin dan sistem promosi dalam proses produktivitasnya. Dari dua fenomena dapat dipelajari bahwa akibat adanya gengsi profesi, pemilihan pekerjaan hanya berdasar “gengsi” yang akhirnya membuat keterbatasan profesionalitas dan inovatif kerja. Selain itu lapangan pekerjaan yang seharusnya dapat lebih bervariasi dan beragam, malah dibatasi hanya karena lagi-lagi “gengsi:. Di satu sisi negara-negara maju dapat berkembang pesat bukan karena gengsi atau tidaknya suatu profesi yang mereka geluti. Namunbagaimana suatu pekerjaan yang sedang mereka geluti dapat dimaksimalkan dan dikembangkan dengan baik. Maka dari itu Gema Angpo diharapkan mampu mebuat perubahan-perubahan pemahaman yang diikuti dengan gerakan profesionalitas dan inovatif kerja dalam bidang apapun profesinya, entah itu dokter ataupun tukang sayur, entah itu pengacara ataupun pedagang sofa.
            Kaitannya Gema Angpo dengan bonus demografi di era MEA ini sangat luas dan berdampak besar. Gema Angpo bersifat membangun tanpa memperdulikan keadaan masyarakat saat ini. Dapat dibanyangkang ketika momentum bonus demografi ini muncul maka akan ada generasi-generasu ysua produktif yang haus akan berkarya. Disinilah arti dari sifat membangun tersebut. Ketika di era MEA ini, semisal pemerintah terpaksa tidak mampu menyediakan lapangan kerja, maka generasi-generasi usia produktif ini muncul dan membuat lapangan pekerjaan mereka sendiri atau bahkan orang lain tanpa harus memperdulikan profesi apa dan se “gengsi” apa pekerjaan / profesi yang mereka geluti. Selama pekerjaan itu benar menurut agama dan hukum, maka pada pemahaman mereka, yang menentukan kesuksesan mereka bukanlah “gengsi”, namun profesinalitas dan inovasi kerja. Bahkan lebih dari itu, keitka Gema Angpo ini berhasil, masyarkat secara umumpun akan mendukung anak0anak mereka untuk tidak memperdulikan lagi gengsi profesi, namun memperdulikan anak-anak mereka untuk selalu bekerja profesional dan inovatif. Maka dari itu Gema angpo harys berypa revolusi seluruh masyarakat Indonesia. Lantas pertanyaannya “bagaimana Gema Angpo dapat menjadi sebuah revolusi?”
            “Masih ingatkah revolusi mental yang digagas oleh Presiden Jokowi?” “yup!”. Tujuan utama dari revolusi ini dalah pembangunan mental bangsa kearah Indonesia yang lebih baik melalui gerakan bersamah seluruh elemen masyarakat. Sedikit yang mengetahui bahwa wacana Presiden Jokowi ini benar-benar diwujudkan, bahkan revolusi mental ini memiliki kantor sekretariat dan website resmi (revolusimental.or.id) yang dinaungi oleh Kementrian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Beberapa contoh revolusi mental yang dapat kita temui adalah gerakan buang sampah pada tempatnya, taat tata tertib lalu lintas hingga gerakan anti mencontek. Selain itu gerakan ini dapat pula disebarkan melakui sosial media yang banyak diktemui, dimana dalam penyebarannya dapat berupa teks tertulis hingga desain grafis. Nantinya diharapkan pula bahwa Gema Angpo menjadi bagian dari pendidikan karakter disekolah-sekolah hingga akhrinya gerakan ini menjadi sebuah budaya sehingga akan diturunkan dari generasi ke generasi selanjutnya.
            Pendidikan karakter disini diarahkan bagaimana seorang siswa dapat memahami bagaimana setiap manusia dapat bermanfaat dan berguna dalam setiap profesi kerja. Cara efektif adalah melakukan forum diskusi dengan membagi kelompok kecil. Targe siswa disini adalah mampu menyimpulkan bahwa setiap manusia harus profesional dan inovatif tanpa memandang pekerjaan apa yang digeluti. Sedangkan bagi guru, tugas hanya melurskan kesimpulan yang melebar dan mengawasi jalannya diskusi. Adapun forum diskusi disini agar lebih menarik dibuatlah sebuah skenario yang memungkinkan siswa untuk seakan merasakan profesi baik dari profesi yang dianggap “bergengsi” maupun tidak. Kemudian diarahkan bahwa semua pekerjaan tersebut dapat menjadikan setiap orang sukses.  Kaitannya dengan budaya adalah pada rekontruksinya. Jika dianalisis lebih detail profesi “gengsi” lahir dari budaya masyarakat dimana ada pandangan sempit bahwa hanya profesi “gengsi”lah yang dapat membuat sukses. Sementara pekerjaan yang tidak bergengsi adalah pekerjaan yang tidak memberi kesempatan sama sekali untuk sukses. Padahal tentu tidak demikian. Ambil contoh Ibu menteri kelautan yang dulunya seorang putus sekolah SMA dan memilih menjadi pengepul ikan. Tanpa melihat se “gengsi” apakah pekerjaannya, dengan profesionalitas dan inovasi kerja beliau mampu mendirikan pabrik pengolahan ikan, jasa layanan transportasi udara, hingga akhirnya beliau diangkat sebagai seorang menteri. Inilah yang diharapkan dari gema angpo sebuah revolusi mental yang memungkinkan Indonesia mampu menguasai era MEA melalui pemaksimalan bonus demografi. Sehingga momen ini dijadikan sebagai kebangkitan Indonesia untuk menjadi lebih makmur dan sejahtera.
“Wahai Rasulullah, mata pencaharian (kasb) apakah yang paling baik?” Beliau bersabda, “Pekerjaan seorang laki-laki dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur (diberkahi).” (HR. Ahmad 4: 141, hasan lighoirihi)
Referensi:
http://www.bloomberg.com/news/articles/2007-10-16/what-will-china-look-like-in-2035-businessweek-business-news-stock-market-and-financial-advice diakses pada tanggal 21 April 2016 pukul 23:54.WIB
https://rumaysho.com/3240-apa-pekerjaan-yang-terbaik.html diakses pada tanggal 22 April 2016 pukul 01:23 WIB
http://www.pu.go.id/main/view/10316 diakses pada tanggal 22 April 2016 pada pukul 23:55 WIB
http://www.antaranews.com/berita/527753/bonus-demografi-membuat-indonesia-kuat-di-segala-hal diakses pada tanggal 22 April 2016 pada pukul 22.05 WIB
https://www.bps.go.id/KegiatanLain/view/id/85 diakses pada tanggal 22 April 2016 pada pukul 22.10 WIB

Jumat, 20 Mei 2016

Rajin Baca Buku Berbuah Beasiswa ke Harvard

JAKARTA - Buku mampu membuka wawasan setiap manusia. Itulah ungkapan yang dipercaya oleh seorang pemuda bernama Sandeep Tarman Nanwani. Berkat hobi membaca, dia memiliki pengetahuan yang luas. Bahkan, saat ini lulusan kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) itu merupakan satu dari 77 penerima beasiswa Fulbright 2016 yang akan melanjutkan studi master di Amerika Serikat (AS). Tak tanggung-tanggung, Sandeep diterima di program Global Health Delivery, Harvard University.
Dalam kurun waktu sebulan, Sandeep mengaku, mampu membaca enam sampai tujuh buku. Baginya, membaca buku konvensional atau e-book tidak masalah. Dia bahkan termasuk pihak yang pro terhadap digitalisasi buku.
"Saya suka membaca buku Cak Nun tentang gelandangan karena memang saya tertarik dengan hal-hal seperti itu. Bagi saya membaca itu penting, baik buku sampai jurnal saya baca semua," tuturnya ditemui di acara Pre Departure Orientation (PDO) Fulbright 2016 di Hotel Shangrila, Jakarta, Selasa (17/5/2016).
Cowok kelahiran 12 Juli 1991 ini merasa prihatin sekaligus heran melihat minat baca orang Indonesia yang masih rendah. Menurut dia, mahasiswa harus rajin membaca. Kendati demikian, dia juga tak menampik bahwa ketersediaan literatur di perpustakaan atau kampus masih kurang lengkap.
"Saya heran teman-teman saya dulu lebih suka meminta slide untuk materi. Padahal, untuk mendapat informasi yang lengkap itu harus membaca buku teks," ucapnya.
Sandeep menceritakan, Profesor Harvard University sempat merasa takjub ketika mengetahui cowok keturunan India itu sudah membaca seluruh jurnal karangannya. Dia berharap, ke depan setiap orang bisa lebih mudah mengakses buku untuk meningkatkan minat baca.
"Menurut saya akses buku masih sulit. Di perpustakaan kampus saja masih belum lengkap. Belum lagi harga buku masih mahal sehingga orang mau membaca buku saja butuh perjuangan," tukasnya.

Kamu Bisa Jadi Penulis Sukses Jika Serius dan Fokus

Yes, kamu sudah menulis. Bagus itu. Selamat ya.

Senang deh melihat kamu tersenyum ceria. Kamu memperlihatkan tulisanmu dengan pe-de. Kamu tidak takut-takut lagi. Kamu sudah siap dikritik. Malah kamu dengan senang hati memperbanyak naskah tulisanmu lalu membagi-bagikannya ke teman-temanmu dan meminta mereka melakukan koreksi. Apa pun respon mereka akan kamu terima dengan lapang dada.

Wuisss.... Keren deh kamu. Sangat gentleman!

Tapi, ternyata “kekerenan” kamu instan. Belum permanen. Suatu hari kamu datang dengan wajah kusut. Kamu bilang, “Si Om Galau” belum enggan minggat dari kehidupanmu. Rupanya kamu bingung ingin fokus di tulisan mana. Kamu telah menulis semuanya; puisi, cerpen, novel, artikel, bahkan coretan-coretan lain yang tak jelas jenisnya apa. Semangat menulismu sedang membara. Kamu terobsesi menguasai semua jenis tulisan yang kamu tulis.

Sebenarnya itu bagus. Kamu telah mampu menulis. Temanmu belum tentu bisa seperti kamu; menulis semua genre tulisan itu. Ada yang nulis puisi saja seumur hidupnya. Ada yang nulis cerpen saja. Ada yang nulis novel saja—walau lima tahun sekali satu naskah jadi. Ada yang nulis artikel saja di media massa. Nah, sedangkan kamu, bisa menguasai semua jenis tulisan. Bukankah itu hebat?

“Hebat sih hebat, Mas Bro. Tapi kok saya bingung mau fokus yang mana,” ujarmu dengan garis kening berkerut lima. 

Wah, paten, kamu mulai kritis terhadap dirimu sendiri. Sebaik-baik manusia adalah yang insaf sebelum “diinsafkan” orang lain. (Ah, kayak tausyiah ustad saja ya, he-he).

Sebenarnya, untuk tahap belajar, langkah yang kamu ambil sudah oke. Bahkan sangat oke. Kamu telah mencoba menulis puisi, cerpen, novel, artikel. Itu keahlian luar biasa. Tidak gampang memulainya. Dan, tidak semua pemula bisa seperti kamu. 

Nah, kelebihanmu itu harus menjadi media belajar untuk menentukan masa depan kepenulisanmu. Kamu tinggal fokus memilih salah satu jenis tulisan yang kamu senangi dan kira-kira kamu akan ahli dan profesional di bidang itu. 

Misal, kamu suka novel, kamu mulai bertekun-tekun menulis novel. Kamu membaca semua novel bagus, baik terbitan dalam maupun luar negeri. Kamu mempelajari teknik dan gaya menulis novelis-novelis yang kamu kagumi. Perhatikan bagaimana cara mereka menulis. Kamu belajar dari mereka. Kelak, kamu berusaha menemukan gayamu sendiri. Jika “ngeh” itu sudah dapat, kamu akan keasyikan menulis dan semakin serius. Fokus dan serius ini akan menjadikan dirimu “pakar” di bidang itu. Setiap tahun satu-dua naskah novelmu bisa rampung bahkan terbit.

Jadi, sekali lagi, fokus itu penting.

Oh ya, kamu tentu kenal kan dengan penyair Taufiq Ismail? Pasti kenal dong. Sebab, sejak sekolah dasar maupun SMP dan SMA kamu sering membaca puisi-puisi beliau di buku-buku teks pelajaran bahasa Indonesia. Tapi, selain kamu mengenal beliau sebagai penyair atau sastrawan, adakah hal lain yang kamu ketahui dari sosok Taufiq Ismail? Tahu? Bagus. Belum tahu? Hmm, begini. Siapa sangka jika Taufiq Ismail adalah “seorang dokter hewan”. Lho, kok? Iya, benar. Beliau dokter hewan. Suer! Taufiq Ismail lulusan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Indonesia, Bogor (sekarang Institut Pertanian Bogor). Tapi, walaupun begitu, beliau sejak kecil sudah “fokus” menulis puisi hingga duduk di bangku kuliah. Tamat kuliah beliau tidak berhenti nulis puisi, terus berlanjut.  Bahkan, sekarang pun di saat usia beliau tidak muda lagi masih serius menulis puisi. Berbagai penghargaan beliau raih sebagai sastrawan Indonesia paling konsisten di bidangnya.

Jadi, jika ingin sukses seperti sastrawan Taufiq Ismail, kamu harus mengamalkan dua kata ini; fokus dan serius. Fokuslah di bidang yang kamu sukai, lalu seriuslah (bersungguh-sungguh). Jangan main-main. Kalau main-main, maka kamu tidak akan pernah menjadi siapa-siapa. Miris kan kalau kamu ada tapi dianggap tidak ada?

Optimislah bahwa kelak kamu menjadi penulis sukses, sebab modalnya sudah kamu punya; kamu memiliki kemampuan menulis yang baik dan mahir menulis semuanya. Itu anugerah luar biasa yang diberikan Tuhan untukmu. 

Masih bingung juga mau fokus milih genre tulisan apa? Tidak lagi? Syukurlah! (Muhammad Subhan, pegiat FAM Indonesia)

Seburuk Apa pun Naskahmu Jangan Dibuang!

Kamu hebat, mampu menulis satu halaman. Tapi, katamu, tulisan itu belum selesai. Kamu ingin melanjutkannya menjadi beberapa halaman, namun tak bisa. 

Tiba-tiba, pikiranmu buntu. Kedua tanganmu kaku. 

Matamu tak berkedip memandang layar monitor. Mencari kata-kata tepat untuk melanjutkan tulisanmu. Kamu paksakan juga menulis. Tapi, sebaris dua baris, kamu berhenti lagi. Kepalamu sakit. Telingamu memerah. Kamu marah. Kamu langsung memvonis, kamu tidak berbakat nulis!

Lalu, yang terjadi kemudian, kamu memukul meja. Andai laptop di hadapanmu tak berharga mahal, alamat kamu banting hingga berkeping-keping. Atau, jika tulisanmu kamu tulis di kertas, sudah pasti kertas itu akan remuk, atau kamu robek-robek hingga serpihannya bertebaran di bawah meja. 

Hmm, sok emosi ni yee...

Tapi, kamu perlu bersyukur, kamu mampu merampungkan sehalaman tulisan itu, walau buruk, amburadul, belum selesai. Temanmu mungkin tak mampu menulis selembar halaman. Mereka punya ide, tapi ide itu hanya mengendap, atau dibiarkan hilang begitu saja. Atau temanmu tak berminat jadi penulis. Sedangkan kamu punya niat, kemauan, usaha, dan sudah nulis satu halaman, kan masih lebih baik dari temanmu?

“Apanya yang baik, nulis nggak selesai, tergantung begitu. Ah, kesal!” protesmu.

Nah, kan. Kamu marah lagi. Marah pada dirimu sendiri. Padahal, jika kamu sedikit sabar, tulisan itu bakal selesai. Kamu hanya lagi jenuh. Atau suasana hatimu sedang buruk. Bad mood. Tak salah kamu rehat sejenak. Pergilah piknik. Jalan-jalan, ke mana saja. Nanti, sehabis piknik, pikiranmu fresh lagi. Segar. Lalu, buka kembali laptopmu, dan lanjutkan tulisan yang buntu tadi. Pasti, kamu bisa melanjutkannya, hingga ke titik paling akhir.

Seringkali, ketika sudah jenuh, buntu, penulis pemula membuang tulisannya, walau yang ditulis separagraf dua paragraf. Jika mampu sehalaman tulisan seperti yang kamu lakukan, itu sudah bagus. Jangan sekali-kali menghapusnya, membuang ke tong sampah, atau melupakan potongan tulisan itu selama-lamanya seolah tidak pernah hadir dalam hidupmu. Sebab, di dalam tulisan tak selesai itu, ada ide bernas yang mungkin saja akan dahsyat hasilnya jika kamu mampu menuntaskan tulisan itu. Tapi, jika kamu buru-buru membuangnya, kamu berpeluang menghilangkan calon karya monumental dalam hidupmu.

Di zaman sekarang, kamu diuntungkan dengan adanya teknologi super canggih. Kamu punya komputer atau laptop yang bisa dibawa ke mana saja. Penulis-penulis di masa lampau, mereka hanya mengandalkan mesin tik. Ukurannya besar dan berat. Suaranya berisik. Di saat mengetik terjadi kesalahan, ganti kertas, membuangnya ke tong sampah, lalu mengetik kembali dari awal. Sedangkan kamu? Jika terjadi kesalahan ketikan, tinggal delete, tanpa perlu mengetik ulang. Jika tulisanmu buntu di tengah jalan, kamu juga tak perlu membuangnya. Cukup buat file di komputer, bubuhkan nama file itu, misal “Naskah Belum Selesai”. Semua naskah tulisan yang belum selesai, simpan di situ. Buat judulnya. Sewaktu-waktu, jika mood sudah datang lagi, kamu tinggal membuka file itu. Membaca ulang, dan kamu bisa melanjutkan semua tulisan yang semula kamu pikir tidak bakal jadi. 

Kebiasan umum, banyak orang menyimpan arsip barang-barang yang sudah jadi, kuno, antik, dan sejenisnya di rumah mereka. Nah, tak salah kamu keluar dari kebiasaan itu, yaitu menjadi “kolektor” tulisan yang belum jadi. Tulis saja sebanyak-banyaknya ide di dalam file “Naskah Belum Selesai” di laptomu. Kan ide itu gratis, keluar dari pikiranmu sendiri. Kamu tak perlu repot-repot mengeluarkan uang. Sewaktu-waktu kamu teringat akan draf tulisan itu, kamu tinggal buka file, membaca ulang dan melanjutkannya kembali. Gampang bukan?

Tapi, sekali lagi, tergantung keseriusan dan kesungguh-sungguhanmu. Tak ada jalan instan menuju sukses. Itu pun berlaku untukmu. Pastinya, jangan sekali-kali mengeluh jika menghadapi kebuntuan. Nikmati saja. Jika satu naskah buntu, kamu bisa menyiapkan naskah kedua. Jika naskah kedua buntu, kamu bisa merencanakan naskah ketiga, begitu seterusnya. Kelak, kamu akan memiliki ‘bank naskah’, dan kamu tidak kerepotan mencari ide naskah ketika suatu hari kamu benar-benar membutuhkannya karena ada media atau penerbit yang tertarik meminta tulisanmu.

Sebuah kisah motivasi, konon, ada seorang penulis, yang di awal menulis ia membuat cerpen sebanyak-banyaknya. Puluhan cerpen ia tulis kemudian ia kirim ke media massa. Tapi, sebanyak cerpen yang ia kirim, tak satu pun cerpen itu terbit. Kecewa ada, tapi ia tak putus asa. Ia terus menulis, dan terus pula mengirimnya, walau hampir setiap hari ia menerima surat penolakan atau naskah yang dikembalikan. Pak Pos sampai bosan mengantar surat penolakan ke rumahnya.

Suatu hari, tiba-tiba cerpennya terbit di sebuah media nasional. Cerpen itu bagus. Ia mendapat pujian redaktur dan pembaca. Ia senang bukan main. Lalu, teleponnya berdering. Redaktur koran lainnya menghubungi dirinya, meminta naskah cerpennya yang lain. Ia merasa senang karena “mulai dianggap” sebagai penulis. Tapi, di saat itu ia tak punya cerpen baru yang bisa dikirim ke koran-koran yang meminta naskahnya. 

Apa akal? Ia bongkar kembali arsip cerpen-cerpen yang ditolak sebelumnya. Jumlah ratusan. Kemudian ia memilah dan membaca ulang cerpen-cerpen itu. Ia edit kembali sebaik mungkin. Ia cocokkan dengan tema yang diminta redaktur koran. Setelah yakin cerpen itu bagus, ia kirim ke alamat koran yang memintanya. 

Apa yang terjadi kemudian? Hampir semua naskah cerpen yang ditolak diterima oleh redaktur koran yang meminta. Rezeki nomplok pun ia terima. Rekening si penulis kebanjiran uang yang merupakan honor dari cerpen-cerpen yang terbit itu.

Hikmahnya, jangan membuang naskahmu, baik yang ditolak ataupun yang belum jadi. Simpan sebaik mungkin. Sebab, suatu hari nanti, kamu akan membutuhkannya. Jika kamu tak percaya, buang saja, dan jangan menyesal kemudian. (Muhammad Subhan, pegiat FAM Indonesia)

Gadis Tanpa Tangan Raih Prestasi Internasional


Anaya Ellick gads berusia 7 tahun ini lahir tanpa tangan dan tidak menggunakan alat bantu sama sekali. Meskipun ditengah keterbatasan fisiknya, ia mampu memenangkan sebuah kontes handwritting tingkat nasional di Amerika Serikat.
“Ellick adalah seorang pekerja keras dan memiliki beberapa tulisan tangan terbaik di kelasnya,” kata kepala sekolahnya Tracy Cox di Greenbrier Christian Academy di Chesapeake, Virginia.
Bagi Ellick, hal ini bukanlah sebatas tulisan tangan saja, ia menggunakan kedua lengan nya dan dengan sabar menggoreskan pena tersebut membentuk huruf-huruf.
Ellick bahkan pernah menerima Nicholas Maxim Special Award tinkgkat nasional untuk naskah tulisan tangan yang luar biasa. “Saya sangat terkejut melihat hasil tulisan tangannya,” kata Joan Stalnaker, walikelas Ellick saat ia duduk di kelas 1.
Ibu Ellick, Bianca Middleton, tidak terkejut dengan kendala yang dihadapi putrinya, baginya Ellick adalah inspirasi. Ia meyakini bahwa apa yang dilalui putrinya mungkin sulit dan berbeda dari kebanyakan anak, namun ia yakin putrinya akan tetap bertahan. (*)

#sumber http://www.koran.padek.co/read/detail/60751

Ciptakan Tokoh Cerita, Beri “Nyawa” Tulisanmu!

Enak ya jadi penulis. Kamu bebas menciptakan bermacam tokoh dalam tulisanmu. Tokoh yang kamu ciptakan, ya suka-suka kamu. Toh itu karyamu, kreatifitasmu, dan hak penuh ada di tanganmu. 

Ternyata, bukan artis sinetron saja  yang bisa memerankan banyak adegan. Kamu pun sebagai penulis bisa. Wah, keren bukan? Kamu dapat mencomot sosok dan karakter tokoh seperti apa yang kamu mau. Ada banyak sosok dan karakter makhluk di dunia ini yang bisa menjadi sumber inspirasimu. 

Dalam tulisanmu kamu bisa menjelma jadi tokoh “aku” yang seorang kakek, seorang diffabel, penjahat, koruptor, ustaz, guru, dan lainnya, termasuk tokoh aku yang bertentangan dengan gendermu. Kamu laki-laki, tapi dalam tulisanmu menjelma jadi tokoh “aku” yang perempuan. 

Sah-sah saja menciptakan tokoh apa pun. Kamu bisa melebarkan sayap imajinasimu ke segala arah agar tulisan yang kamu sajikan tidak membosankan. Entah itu berupa tokoh manusia, hewan, atau barang-barang yang ada di sekitarmu.

“Tapi, saya kesulitan menentukan tokoh apalagi karakternya,” keluhmu lagi.

Coba deh, awali dari tokoh utama. Nah, tokoh utama ini sangat penting dan menjadi sentral dalam ceritamu. Buatlah karakter tokoh utama yang kuat hingga menimbulkan kesan dan simpati pembaca. Pembaca biasanya hanya menyukai satu karakter tokoh saja. Tokoh-tokoh lain jangan dibuat sama kuatnya dengan tokoh utama, bisa-bisa perhatian dan konsentrasi pembaca amburadul.

Nah, soal inspirasinya bisa kamu dapatkan di mana saja, asal kamu jeli. 

Pertama, orang-orang terdekat; keluarga, sahabat atau teman-teman di sekitarmu. Perhatikan sosok dan karakter mereka. Setiap orang memiliki sifat sendiri-sendiri, tidak ada yang sama persis. Paling juga sekadar mirip. Nah, beragamnya karakter orang ini sangat menguntungkanmu. Jadi, pantas kamu bersyukur kepada Tuhan, Sang Maha Pencipta. Kamu punya banyak bahan untuk menciptakan tokoh cerita dengan karakter yang berbeda. Tidak perlu jauh-jauh dulu, toh di sekitarmu sudah lengkap. Tiap orang memiliki karakter yang unik dan sangat menarik untuk dialihkan jadi karakter tokohmu. 

“Pasti tokoh utamanya aku ya?” todong temanmu setelah membaca tulisanmu. 

Mendapat todongan seperti itu, kamu jangan panas-dingin atau pucat-pasi, meskipun sosok dan karakter tokohnya memang terinspirasi dari temanmu itu. Jawab saja, “Yee, jangan ge-er. Memangnya di dunia ini hanya kamu doang?”

Seorang penulis harus merdeka, tidak boleh diintervensi oleh pihak mana pun. Kalau dikit-dikit kamu ketakutan menciptakan tokoh—gara-gara khawatir dikomplain teman-temanmu—itu artinya kamu belum sepenuhnya berekspresi. Kamu masih dibayang-bayangi komplain, dan itu yang akan menghambat kreatifitasmu. 

Kamu harus pandai mengolahnya, jangan sama persis dengan aslinya. Kalau kamu tulis karakter tokoh (fiksi) yang sama persis dengan temanmu; namanya sama, lokasi tempat tinggalnya sama, nama orangtuanya sama, cat rumahnya, dan semuanya sama, wajarlah kalau temanmu komplain. Itu namanya bukan fiksi atau terinspirasi, tapi kamu sedang nulis kisah nyata tentang temanmu itu. So, kamu harus bisa membedakan ya!

Kedua, hewan/binatang bisa menjadi inspirasi tokoh ceritamu. 

“Lho, kok tokoh binatang sih?”

Why? Bukan cerita anak atau dongeng saja yang bisa menggunakan tokoh hewan. Sah-sah saja menggunakan tokoh hewan dalam cerpenmu. Misal, kamu gemas banget dengan kebijakan pemerintah yang menaikkan BBM. Nah, daripada kamu koar-koar di jalan, keluarkan saja uneg-unegmu lewat tulisan. Tidak harus melalui artikel—apalagi kalau kesulitan nulis artikel—lewat cerpen juga boleh. Kamu buat saja cerita tentang sebuah negeri di hutan belantara. Tokoh-tokohnya binatang. Ada raja, patih, prajurit, pejabat ini-itu dan rakyatnya. Kamu kemas semenarik mungkin, seolah-olah tokoh itu hidup dan berbicara seperti manusia. Buatlah konflik yang seru. Saat harga pisang di negeri belantara melambung tinggi, gambarkan seperti apa resahnya rakyat kecil yang tercekik dengan harga itu, terutama rakyat yang makanan pokoknya adalah pisang. Kamu sudah tahu hewan mana yang suka makan pisang bukan? Nah, tuangkan uneg-unegmu dan berkreasilah!

Kamu pernah nonton film animasi “Finding Nemo”? Bagi kamu yang pernah menontonnya atau membaca ceritanya pasti akan tersentuh. Ceritanya sederhana. Tokohnya binatang (ikan), namun pesan yang diselipkan dalam cerita begitu kuat. Kamu mungkin ikut meneteskan air mata saat Nemo—si ikan kecil—harus berpisah dengan ayahnya. Nemo terbawa kapal, hingga dimasukkan ke dalam aquarium. Ayah Nemo tak lelah mencari dan berjuang keras untuk menemukan anaknya. Sangat jelas sekali tergambar pesan cinta-kasih, kesungguhan, dan semangat pantang menyerah. Akhir cerita, Nemo dan Ayahnya bertemu kembali.

Jadi, jangan ragu untuk menulis cerita dengan tokoh-tokoh binatang.

Ketiga, tokoh berupa barang-barang atau benda-benda mati juga bisa menjadi inspirasimu. Banyak sekali benda-benda mati di sekelilingmu yang bisa dijadikan tokoh. Misal, tanpa sengaja HP-mu jatuh dan sebagian tuts hurufnya lepas dari posisi semula. Kamu galau dan sedih. Maklum itu HP kesayanganmu, hadiah dari seseorang. Alih-alih kamu larut dalam galau, satu sisi kamu seperti menemukan ide. Yup, HP-mu yang sudah rusak itu bisa menjadi tokoh utama dalam cerpenmu. 

Jadikan HP itu seperti sosok seorang sahabat bagimu yang awalnya begitu memesona dengan deretan gigi putih bersih. Tapi sekarang, giginya tanggal empat. Otomatis tekstur wajahnya ikut berubah. Kalau tertawa, tidak seindah dulu lagi. Kamu sebagai tokoh utama (dalam cerpenmu), tuliskan bagaimana suasana hatimu melihat kondisi sahabatmu seperti itu. Tuliskan juga bagaimana HP-mu itu menangis, terluka dan terpuruk saat kamu meninggalkannya begitu saja. Buatlah HP-mu seperti tokoh manusia, yang bisa bicara, punya air mata dan perasaan. Pasti akan seru deh! Apalagi ketika HP-mu mengenang masa-masa indah bersamamu, yang selalu kamu bawa ke mana-mana, kamu panik saat dia tertinggal, dan kamu simpan di tempat yang paling baik. Ah, konflik ceritamu akan makin seru. So, tuliskan!

Atau tentang tokoh komputer yang marah padamu, gara-gara seharian selalu menyala. Komputer itu marah karena kelakuanmu mengganggu jam istirahatnya. Buatlah dia ngambek, tidak bisa menyala, dan tak seorang pun tukang service yang bisa membenahinya. Si komputer itu mengaku, bisa menyala lagi asal kamu memberinya waktu istirahat. Nah, coba kamu tuliskan jadi cerpen yang seru. Itung-itung sekaligus menyadarkamu yang lupa matikan komputer seharian penuh, gara-gara asyik diskusi dengan “Mas Email” dan “Mas Facebook.”

Wah, ternyata banyak sekali ya yang bisa menjadi inspirasi tokoh ceritamu? Tidak kurang-kurang dan kamu tidak akan kehabisan ide, sebab tokoh-tokoh itu ada di sekitarmu. Tinggal kamu tuliskan  jadi cerita yang menarik. 

“Lalu bagaimana kalau cerpenku tokohnya setan?” tanyamu lagi. 

Boleh. Kenapa tidak? Sekali lagi, kamu bebas menciptakan dan menentukan tokoh ceritamu. Posisikan saja tokoh setan itu sebagai tokoh jahat (pengganggu), seperti sifat aslinya. Atau kamu ingin melawan kelaziman, membuat setan menjadi makhluk baik. Setan tobat, tidak mau menggoda manusia lagi. Sah saja, kan ceritamu cuma fiksi. Tapi, sebaiknya, jangan menjadikan setan, hantu, jin, dan sejenisnya sebagai tokoh idola, sebab kurang mendidik untuk pembaca anak-anak misalnya. Masa mengidolakan makhluk halus, hiiii... seram, ah!

Sekadar saran, siapa pun tokoh ceritamu, sebaiknya jangan mengabaikan pesan-pesan moral. Sehebat apa pun tokoh dan konflik ceritamu, kalau di dalamnya tidak mengandung pesan-pesan yang dapat menjadi pelajaran hidup, maka ceritamu akan hambar dan kurang menarik. 

Ayo, teruslah menulis. Kamu jangan takut menciptakan tokoh yang kamu suka maupun yang tidak suka. Sebab, tokoh-tokoh itulah yang akan membuat ceritamu memiliki nyawa. (Aliya Nurlela, pegiat FAM Indonesia)

Minggu, 15 Mei 2016

GHOSSAN bin MALIK



 assalamualaikum wr.wb
selamat malam,sahabat, untuk kali ini ada cerita islami judulnya tobat Ghossan bin Malik.ok langsung saja
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dimasa permulaan islam, ketika Ali bin Abi Thalib dan beberapa orang sahabat sedang bersama Rasulullah, datanglah seorang laki-laki dengan menunggang kuda untuk menghampiri mereka.
Dari debu yang ada ditubuh laki-laki itu dan untanya yang nampak letih, menandakan bahwa dia telah melakukan perjalanan jauh.
“Manakah yang bernama Muhammad?” tanyanya.
Salah seorang sahabat menunjuk Rasulullah.
“Maukah kamu memebeberkan semua perintah Tuhanmu atau aku yang akan memebeberkan perintah-perintah berhalaku?” kata orang itu.
“Aku yang akan memebeberkan perintah tuhan ku,”jawab Rasulullah.”islam dibangun diatas lima hal dan syarat-syarat…..”
“ Nama saya Ghossan bin Malik,”tiba-tiba orang itu menyahut. “ Kami punya berhala setiap bulan rajab kami puja. Juga setiap saat kami sembah untuk mengabdinya. Suatu saat sahabat ku yang bernama Isham menyerahkan persembahan dan hendak menyembelih kurban didepan berhala. Ketika ia mengangkat tangannya, tiba-tiba terdengar suara dari lubang mulut berhala itu,’Hai Isham, telah datang islam. Berhala tak lagi berguna. Darah akan terlindungi. Kekerabatan akan tersamung, dan kebenaran akan tampak’. Betapa gembiranya hati Isam, ia keluar dan mengumumkan tentang kedatanganmu, wahai Rasul.”
“ Beberapa hari kemudian, datang pula Thariq untuk menyerahkan persembahan,” sambung Ghossan.” Ketika angkat tangan menyembelih kurbannya, terdengar suara dari lubang mulut berhala itu,’Hai Thariq. Telah diutus nabi yang jujur. Ia datang dengan membawa wahyuyangnyata dari Allah Yang Maha Pemurah.’ Thariq kemudian keluar dan mengumumkannya kepada orang-orang. Semakin santer kedengaran kabar tentang dirimu diantara kami, wahai Rasul. Hanya kami masih ragu, mana yang dusta dan mana yang nyata.”
“Tiga hari kemudian, saya menyerahkan persembahan untuk berhala tersebut,” Ghossan meneruskan ceritanya.” Ketika tangan terangkat siap menyembelih kurban, kudengar suara lantang dari lubang mulut berhala, berkata dengan jelas,’ Wahai Ghossan bin Malik al-‘Amri, telah datang kebenaran lewat seorang nabi dari Bani Hasyim di Tihamah. Keselamatan bagi yang mendukung, dan penyesalan bagi mencelanya. dia memberi petunjuk dan mengajak hingga hari kiamat.’. berhala itu terangkat lalu roboh dan pecah berantakan.”
Rasulullah kemudian membaca takbir, dan diikuti oleh para sahabat.
“ Saya telah merangkai syair. Izinkalah saya melantunkanya,”kata Ghossan ,meminta izin.
Rasulullah memberi izin, Ghossan kemudian mengumandangkan syairnya.
Kupacu langkah demi sebuah pencarian
Dengan gundah gulana, dalam negeri berpasir
Untuk mendukung manusia pemimpin
Kuikat seutas tali. Talimu dalam tali ku
Aku berikrar, Allah Tuhan Maha Benar, Yang Esa
Inilah agama. Teromahku dalam langkah 
 

Sabtu, 14 Mei 2016

SEJARAH KECAMATAN SURALAGA



assalamualaikum wr.wb
selamat malam, sahabat. kali ini mari kita mengenal salah satu kecamatan dikabupaten Lombok Timur, yakni ni kecamatan Suralaga. Belum pasti banyak yang belum tau akan kecamatan Suralaga, untuk mengeal kecamatan Suralaga terlebih dahulu kita mengenal bagai mana sejarahnya. oke tanpa basa basi kita langsung saja
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pada masa penjajahan  belanda (Tahun  1895) Lombok diperintah langsung oleh Belanda  dengan status “Afdeling”. Afdeling Lombok  dibagi/membentuk  2 Order Afdeeling  Lombok Timur  Ibu Kota di Sisi  dengan Ibu Kota Mataram dan  Order Afdeling Lombok Timur  ibu Kota diSisi ( Labuhan Haji).Onder Afdeling  Lombok Timur membawahi 7 Kedistrikan yaitu: Pringgabaya,Masbagik,Rarang ,Kopang,Sakra ,Praya dan Batu Kliang.
             Kemudian pada tahun 1898 dibentuklah Onder Afdeeling Lombok Tengah  sehingga  Afdeeling Lombok Timur   membawahi  3 Onder Afdeeling  yaitu Onder Afdeeling Lombok Barat Onder Afdeling Lombok Tengah.
             Dalam perkembangannya Onder Afdeeling Lombok Timur  dibagi lagi menjadi 5 distrik yaitu:
a.Rarang Barat Ibu Kota Sikur
b.Rarang Timur Ibu Kota Selong
c.Masbagik dengan Ibu Kota Sakra
d.Sakra dengan Ibu Kota Sakra
e.Pringgabaya dengan Ibu Kota Pringgabaya
             Masing-masing  kedistrikan  membawahi Kepala Desa ,Kapala Desa Suralaga pada saat itu  dibawah Kedistrikan  Rarang Timur Setelah Indonesia merdeka dan seiring terbentuknya Daerah Swantatra Tingkat II Lombok Timur pada tahun 1958 ,dan sebagai Pejabat sementara Kepala Daerah Lombok Timur H,M.Djafar terhitung 1 Nofember  1958.
              Pada tahun 1960 terbentuklah DPRD Daswati II Lombok Timur  pada waktu itu  ditetapkan  Lalu Muslihin  sebagai Bupati Loombok Timur yang pertama sebagai hasil pemilihan  DPRD Tk II Lombok Timur ( 2Juli 1960 s/d 24 Nofember 1966).
              Berdasarkan Keputusan Gubernur KDH Tk I NTB tanggal 16 Mei 1965 Nomor: 228/Pem.20/1/12  diadakan pemekaran dari 5 distrik menjadi 18 distrik(Kecamatan) yang membawahi 73 Desa .Perkembangan selanjutnya pada masa Pejabat Bupati Rahadi Tjipto Wardoyo (Nofember 1966-15 Agustus 1967) .Kemudian setelah itu diangkat Bupati Difimitif Raden Rusdi  2 periode agustus 1967 s/d Februari 1979.Pada periode ini atas dasar efesiensi rentang kendali pemerintahan dan terbatasnya sarana  dan prasarana  dilakukan penyederhanaan Kecamatan  dari 18 menjadi 10 Kecamatan  Yaitu: Kecamatan Selong, Sukamulia, Sakra, keruak, Terara, Sikur, Masbagik, Aikmel, Pringgabaya  dan Sambelia.
              Pada perkembangan selanjutnya  periode 1979-1988 Bupati KDH Tk II Lombok Timur dijabat oleh H.Saparwadi selama 2 Periode  namun berakhir sebelum waktunya  karena  meninggal dunia  tanggal 13 Maret 1987 .Kemudian pada periode berikutnya  tahun 1988-1993 Bupati Kepala Daerah di jabat  oleh H.Abdul Kadir  berdasarkan pemilihan DPRD Kab.Lombok Timur dengan SK Mendagri Nomor :131.62-556 tanggal 13 Juli 1988.
              Periode berikutnya  Bupati Kepla Daerah TK II Lombok Timur dijabat oleh H.Muh.Sadir  yang ditetapkan  dengan SK Mendagri Nomor : 131.61-608 tanggal  3 Juli 1993 dan berakhir Tahun 1999.Periode berikutnya  1988 s/d 2003 Lombok Timur  di pimpin oleh  H.Sahdan ,SH.SIP penyederhanaan  Kecamatan telah berlangsung 33 tahun  hingga lahirnya  Peraturan  Daerah Kabupaten Lombok Timur, Nomor 14 Tahun 2000 tentang pembentukan  10  Kecamatan di Kabupaten Lombok Timur.
Pembentukan  Kecamatan  sebagai berikut;
1. Kecamatan Labuhan Haji hasil pemekaran dari Kecamatan Selong
2. Kecamatan Suralaga Hasil pemekaran dari Kecamatan Sukamulia
3. Kecamatan Sakra Timur hasil pemekaran dari Kecamatan Sakra
4. Kecamatan Sakra Barat hasil pemekaran Kecamatan Sakra
5. Kecamatan Jerowaru hasil pemekaran dari Kecamatan Keruak
6. Kecamatan Montong Gading hasil pemekaran dari Kecamatan Terara
7. Kecamatan Pringgasela hasil pemekaran dari Kecamatan Masbagik
8. Kecamatan Wanasaba hasil pemekaran dari  Kecamatan Aikmel
9. Kecamatan Swela  Hasil Pemekaran dari Kecamatan Pringgabaya
10.Kecamatan Sembalun hasil Pemekaran dari Kecamatan  Aikmel
                Dengan demikian pada periode ini berkat kepemimpinan  H.Sahdan ,SH.SIP selaku Bupati Lombok Timur mampu membentuk /memekarkan Kecamatan  dari 10 menjadi 20 Kecamatan dimana Kecamatan Suralaga mekar dari Kecamatan Sukamulia dan diresmikan pada tanggal 02 Oktober 1999 dengan 5 Desa dan dimekarkan menjadi 15 Desa pada tahun 2010. Pereode selanjutnya  Lombok Timur dipimpin oleh H.Ali Bin Dahlan  yang telah banyak sekali menelorkan kebijakan-kebijakan  yang  banyak memihak kepada nasib rakyat kecil seperti  pengelolaan  zakat di Lombok Timur yang sangat membantu sekali kepada Fakir miskin  dan orang jompo yang selalu mendapatkan santunan.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ya sahabat, untuk sejarahnya,sampai disini. oke untuk postingan selanjutnya ditunggu