Ternyata, bukan artis sinetron saja yang bisa memerankan banyak adegan. Kamu pun sebagai penulis bisa. Wah, keren bukan? Kamu dapat mencomot sosok dan karakter tokoh seperti apa yang kamu mau. Ada banyak sosok dan karakter makhluk di dunia ini yang bisa menjadi sumber inspirasimu.
Dalam tulisanmu kamu bisa menjelma jadi tokoh “aku” yang seorang kakek, seorang diffabel, penjahat, koruptor, ustaz, guru, dan lainnya, termasuk tokoh aku yang bertentangan dengan gendermu. Kamu laki-laki, tapi dalam tulisanmu menjelma jadi tokoh “aku” yang perempuan.
Sah-sah saja menciptakan tokoh apa pun. Kamu bisa melebarkan sayap imajinasimu ke segala arah agar tulisan yang kamu sajikan tidak membosankan. Entah itu berupa tokoh manusia, hewan, atau barang-barang yang ada di sekitarmu.
“Tapi, saya kesulitan menentukan tokoh apalagi karakternya,” keluhmu lagi.
Coba deh, awali dari tokoh utama. Nah, tokoh utama ini sangat penting dan menjadi sentral dalam ceritamu. Buatlah karakter tokoh utama yang kuat hingga menimbulkan kesan dan simpati pembaca. Pembaca biasanya hanya menyukai satu karakter tokoh saja. Tokoh-tokoh lain jangan dibuat sama kuatnya dengan tokoh utama, bisa-bisa perhatian dan konsentrasi pembaca amburadul.
Nah, soal inspirasinya bisa kamu dapatkan di mana saja, asal kamu jeli.
Pertama, orang-orang terdekat; keluarga, sahabat atau teman-teman di sekitarmu. Perhatikan sosok dan karakter mereka. Setiap orang memiliki sifat sendiri-sendiri, tidak ada yang sama persis. Paling juga sekadar mirip. Nah, beragamnya karakter orang ini sangat menguntungkanmu. Jadi, pantas kamu bersyukur kepada Tuhan, Sang Maha Pencipta. Kamu punya banyak bahan untuk menciptakan tokoh cerita dengan karakter yang berbeda. Tidak perlu jauh-jauh dulu, toh di sekitarmu sudah lengkap. Tiap orang memiliki karakter yang unik dan sangat menarik untuk dialihkan jadi karakter tokohmu.
“Pasti tokoh utamanya aku ya?” todong temanmu setelah membaca tulisanmu.
Mendapat todongan seperti itu, kamu jangan panas-dingin atau pucat-pasi, meskipun sosok dan karakter tokohnya memang terinspirasi dari temanmu itu. Jawab saja, “Yee, jangan ge-er. Memangnya di dunia ini hanya kamu doang?”
Seorang penulis harus merdeka, tidak boleh diintervensi oleh pihak mana pun. Kalau dikit-dikit kamu ketakutan menciptakan tokoh—gara-gara khawatir dikomplain teman-temanmu—itu artinya kamu belum sepenuhnya berekspresi. Kamu masih dibayang-bayangi komplain, dan itu yang akan menghambat kreatifitasmu.
Kamu harus pandai mengolahnya, jangan sama persis dengan aslinya. Kalau kamu tulis karakter tokoh (fiksi) yang sama persis dengan temanmu; namanya sama, lokasi tempat tinggalnya sama, nama orangtuanya sama, cat rumahnya, dan semuanya sama, wajarlah kalau temanmu komplain. Itu namanya bukan fiksi atau terinspirasi, tapi kamu sedang nulis kisah nyata tentang temanmu itu. So, kamu harus bisa membedakan ya!
Kedua, hewan/binatang bisa menjadi inspirasi tokoh ceritamu.
“Lho, kok tokoh binatang sih?”
Why? Bukan cerita anak atau dongeng saja yang bisa menggunakan tokoh hewan. Sah-sah saja menggunakan tokoh hewan dalam cerpenmu. Misal, kamu gemas banget dengan kebijakan pemerintah yang menaikkan BBM. Nah, daripada kamu koar-koar di jalan, keluarkan saja uneg-unegmu lewat tulisan. Tidak harus melalui artikel—apalagi kalau kesulitan nulis artikel—lewat cerpen juga boleh. Kamu buat saja cerita tentang sebuah negeri di hutan belantara. Tokoh-tokohnya binatang. Ada raja, patih, prajurit, pejabat ini-itu dan rakyatnya. Kamu kemas semenarik mungkin, seolah-olah tokoh itu hidup dan berbicara seperti manusia. Buatlah konflik yang seru. Saat harga pisang di negeri belantara melambung tinggi, gambarkan seperti apa resahnya rakyat kecil yang tercekik dengan harga itu, terutama rakyat yang makanan pokoknya adalah pisang. Kamu sudah tahu hewan mana yang suka makan pisang bukan? Nah, tuangkan uneg-unegmu dan berkreasilah!
Kamu pernah nonton film animasi “Finding Nemo”? Bagi kamu yang pernah menontonnya atau membaca ceritanya pasti akan tersentuh. Ceritanya sederhana. Tokohnya binatang (ikan), namun pesan yang diselipkan dalam cerita begitu kuat. Kamu mungkin ikut meneteskan air mata saat Nemo—si ikan kecil—harus berpisah dengan ayahnya. Nemo terbawa kapal, hingga dimasukkan ke dalam aquarium. Ayah Nemo tak lelah mencari dan berjuang keras untuk menemukan anaknya. Sangat jelas sekali tergambar pesan cinta-kasih, kesungguhan, dan semangat pantang menyerah. Akhir cerita, Nemo dan Ayahnya bertemu kembali.
Jadi, jangan ragu untuk menulis cerita dengan tokoh-tokoh binatang.
Ketiga, tokoh berupa barang-barang atau benda-benda mati juga bisa menjadi inspirasimu. Banyak sekali benda-benda mati di sekelilingmu yang bisa dijadikan tokoh. Misal, tanpa sengaja HP-mu jatuh dan sebagian tuts hurufnya lepas dari posisi semula. Kamu galau dan sedih. Maklum itu HP kesayanganmu, hadiah dari seseorang. Alih-alih kamu larut dalam galau, satu sisi kamu seperti menemukan ide. Yup, HP-mu yang sudah rusak itu bisa menjadi tokoh utama dalam cerpenmu.
Jadikan HP itu seperti sosok seorang sahabat bagimu yang awalnya begitu memesona dengan deretan gigi putih bersih. Tapi sekarang, giginya tanggal empat. Otomatis tekstur wajahnya ikut berubah. Kalau tertawa, tidak seindah dulu lagi. Kamu sebagai tokoh utama (dalam cerpenmu), tuliskan bagaimana suasana hatimu melihat kondisi sahabatmu seperti itu. Tuliskan juga bagaimana HP-mu itu menangis, terluka dan terpuruk saat kamu meninggalkannya begitu saja. Buatlah HP-mu seperti tokoh manusia, yang bisa bicara, punya air mata dan perasaan. Pasti akan seru deh! Apalagi ketika HP-mu mengenang masa-masa indah bersamamu, yang selalu kamu bawa ke mana-mana, kamu panik saat dia tertinggal, dan kamu simpan di tempat yang paling baik. Ah, konflik ceritamu akan makin seru. So, tuliskan!
Atau tentang tokoh komputer yang marah padamu, gara-gara seharian selalu menyala. Komputer itu marah karena kelakuanmu mengganggu jam istirahatnya. Buatlah dia ngambek, tidak bisa menyala, dan tak seorang pun tukang service yang bisa membenahinya. Si komputer itu mengaku, bisa menyala lagi asal kamu memberinya waktu istirahat. Nah, coba kamu tuliskan jadi cerpen yang seru. Itung-itung sekaligus menyadarkamu yang lupa matikan komputer seharian penuh, gara-gara asyik diskusi dengan “Mas Email” dan “Mas Facebook.”
Wah, ternyata banyak sekali ya yang bisa menjadi inspirasi tokoh ceritamu? Tidak kurang-kurang dan kamu tidak akan kehabisan ide, sebab tokoh-tokoh itu ada di sekitarmu. Tinggal kamu tuliskan jadi cerita yang menarik.
“Lalu bagaimana kalau cerpenku tokohnya setan?” tanyamu lagi.
Boleh. Kenapa tidak? Sekali lagi, kamu bebas menciptakan dan menentukan tokoh ceritamu. Posisikan saja tokoh setan itu sebagai tokoh jahat (pengganggu), seperti sifat aslinya. Atau kamu ingin melawan kelaziman, membuat setan menjadi makhluk baik. Setan tobat, tidak mau menggoda manusia lagi. Sah saja, kan ceritamu cuma fiksi. Tapi, sebaiknya, jangan menjadikan setan, hantu, jin, dan sejenisnya sebagai tokoh idola, sebab kurang mendidik untuk pembaca anak-anak misalnya. Masa mengidolakan makhluk halus, hiiii... seram, ah!
Sekadar saran, siapa pun tokoh ceritamu, sebaiknya jangan mengabaikan pesan-pesan moral. Sehebat apa pun tokoh dan konflik ceritamu, kalau di dalamnya tidak mengandung pesan-pesan yang dapat menjadi pelajaran hidup, maka ceritamu akan hambar dan kurang menarik.
Ayo, teruslah menulis. Kamu jangan takut menciptakan tokoh yang kamu suka maupun yang tidak suka. Sebab, tokoh-tokoh itulah yang akan membuat ceritamu memiliki nyawa. (Aliya Nurlela, pegiat FAM Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar