
Dalam kurun waktu sebulan, Sandeep mengaku, mampu membaca enam sampai tujuh buku. Baginya, membaca buku konvensional atau e-book tidak masalah. Dia bahkan termasuk pihak yang pro terhadap digitalisasi buku.
"Saya suka membaca buku Cak Nun tentang gelandangan karena memang saya tertarik dengan hal-hal seperti itu. Bagi saya membaca itu penting, baik buku sampai jurnal saya baca semua," tuturnya ditemui di acara Pre Departure Orientation (PDO) Fulbright 2016 di Hotel Shangrila, Jakarta, Selasa (17/5/2016).
Cowok kelahiran 12 Juli 1991 ini merasa prihatin sekaligus heran melihat minat baca orang Indonesia yang masih rendah. Menurut dia, mahasiswa harus rajin membaca. Kendati demikian, dia juga tak menampik bahwa ketersediaan literatur di perpustakaan atau kampus masih kurang lengkap.
"Saya heran teman-teman saya dulu lebih suka meminta slide untuk materi. Padahal, untuk mendapat informasi yang lengkap itu harus membaca buku teks," ucapnya.
Sandeep menceritakan, Profesor Harvard University sempat merasa takjub ketika mengetahui cowok keturunan India itu sudah membaca seluruh jurnal karangannya. Dia berharap, ke depan setiap orang bisa lebih mudah mengakses buku untuk meningkatkan minat baca.
"Menurut saya akses buku masih sulit. Di perpustakaan kampus saja masih belum lengkap. Belum lagi harga buku masih mahal sehingga orang mau membaca buku saja butuh perjuangan," tukasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar